Broken home atau yang biasa disebut dengan rumah tangga retak memang seringkali dianggap sebagai sebuah masalah bagi seseorang. Bagi sebagian orang, rumah tangga yang retak dapat menyebabkan kerusakan yang tidak diinginkan – baik itu efek pada kesehatan mental, fisik, maupun kesejahteraan sosial. Tidak jarang, penyebab keretakan dalam rumah tangga ini dapat menjadi momok menakutkan bagi seseorang.
Apa itu broken home? Dibalik istilah yang sering kita dengar ini, sebenarnya terdapat sejumlah permasalahan yang cukup serius. Beberapa diantara penyebabnya adalah perceraian, kematian salah satu orang tua, atau ketidakharmonisan antara kedua orang tua. Pada praktiknya, kedua orang tua sebenarnya memiliki tanggung jawab yang sama dalam membangun hubungan yang sehat dan saling mendukung, namun terkadang ada faktor yang menghalangi proses tersebut.
Meski demikian, ada harapan bagi mereka yang hidup di dalam sebuah broken home. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa seseorang dapat terlepas dari efek negatif yang ditimbulkan. Hal ini dapat dilakukan melalui peran aktif dari pihak keluarga dan lingkungan sekitar, serta dukungan dari tenaga ahli seperti konselor atau psikolog. Terbukti, dengan akses yang tepat pada sumber daya dan dukungan, seseorang dapat memecahkan masalah yang dimilikinya dan memulai hidup yang baru.
Definition of Broken Home
Istilah “broken home” merujuk pada situasi ketika orang tua tidak tinggal bersama dalam rumah tangga. Dalam kondisi ini, anak akan hidup dengan satu orang tua atau salah satunya akan tinggal bersama keluarga angkat atau kerabat. Pada dasarnya, istilah ini merujuk pada keluarga yang terpecah-belah atau pecah menjadi dua bagian.
Causes of Broken Home
Broken home atau rumah tangga yang rusak merupakan sebuah kondisi dimana seorang anak dibesarkan dalam keluarga yang terpecah-belah atau terpisah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti:
- Konflik pernikahan: Konflik pernikahan yang sering terjadi antara pasangan suami istri dapat memicu terjadinya perceraian yang berdampak pada kondisi broken home.
- Ketidaksetiaan: Ketidaksetiaan atau perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu pasangan juga dapat menjadi penyebab terjadinya broken home.
- Keuangan: Masalah keuangan atau ketidakmampuan mengelola keuangan keluarga juga dapat memicu terjadinya broken home.
Peran Konflik Pernikahan dalam Terjadinya Broken Home
Salah satu faktor yang sering menjadi penyebab terjadinya broken home adalah adanya konflik pernikahan antara pasangan suami istri. Konflik yang terus-menerus dan tidak ditangani dengan baik dapat memunculkan perasaan tidak nyaman, stres, dan tidak bahagia pada pasangan tersebut. Hal ini bisa berujung pada perceraian yang menjadikan anak sebagai korban utamanya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh American Academy of Child & Adolescent Psychiatry, terjadinya perceraian juga dapat berdampak pada kesehatan mental dan emosional anak. Anak yang dibesarkan dalam kondisi broken home cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi, kurangnya perhatian dari orang tua, serta kesulitan dalam membentuk hubungan interpersonal yang sehat.
Tabel Faktor Penyebab Terjadinya Broken Home
No. | Faktor Penyebab |
---|---|
1 | Konflik pernikahan |
2 | Ketidaksetiaan |
3 | Keuangan |
Tabel di atas menunjukkan beberapa faktor penyebab terjadinya broken home yang sering terjadi pada keluarga. Melalui pemahaman akan faktor-faktor ini, diharapkan kita dapat menghindari terjadinya kondisi broken home agar keluarga tetap dapat berkembang dan tumbuh dengan baik.
Effects of Broken Home on Children
Sepanjang sejarah keluarga, perceraian atau perpisahan pasangan merupakan masalah yang sering terjadi. Pada gilirannya, situasi ini dapat menyebabkan dampak negatif pada anak-anak yang terlibat di dalamnya. Maka dari itu, penting untuk memahami apa itu broken home dan bagaimana pengaruhnya terhadap anak-anak. Dalam artikel ini, kita akan membahas mengenai pengaruh dari broken home pada anak-anak, terutama dalam tiga aspek berikut.
Dampak psikologis
- Depresi: Anak-anak dari keluarga yang bercerai atau terkait dengan broken home seringkali mengalami masalah depresi. Mereka mungkin merasa sedih, cemas, dan kehilangan minat pada kegiatan yang biasanya mereka nikmati.
- Stres: Situasi perceraian atau broken home juga dapat meningkatkan tingkat stres pada anak-anak. Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik mereka.
- Rendahnya tingkat kepercayaan diri: Anak-anak dari broken home seringkali merasa tidak aman dan kurang percaya diri, terutama jika situasi ini disertai dengan konflik antara orang tua. Mereka mungkin merasa tidak memiliki kontrol atas keadaan dan merasa tidak dihargai.
Dampak akademis
Anak-anak dari keluarga yang bercerai atau terlibat dalam situasi broken home seringkali mengalami masalah akademis. Mereka mungkin kesulitan berkonsentrasi, mengalami kesulitan dalam belajar, dan menghasilkan nilai yang lebih rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakstabilan emosional mereka yang mempengaruhi fokus dan konsentrasi mereka dalam kegiatan akademis. Selain itu, masalah finansial atau ketidakstabilan perumahan anak-anak dari keluarga broken home juga dapat mempengaruhi keberhasilan akademis mereka.
Dampak perilaku
Anak-anak yang tumbuh dalam situasi broken home juga dapat mengalami masalah perilaku. Mereka mungkin menjadi agresif, sulit bergaul, dan kurang mampu menangani emosi mereka. Selain itu, mereka mungkin mulai terlibat dalam perilaku yang tidak sehat seperti menggunakan obat-obatan terlarang, minum alkohol atau merokok. Hal ini kemungkinan akibat dari perasaan tidak stabil dan penyebab depresi mereka.
Berdasarkan tabel studi dari Aizer dan McLanahan (2011), anak-anak dari keluarga broken home kemungkinan lebih cenderung untuk melakukan tindakan merusak atau kekerasan terhadap diri mereka sendiri atau orang lain, dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga utuh.
Kategori | Presentasi anak laki-laki | Presentasi anak perempuan |
---|---|---|
Tidak berkeinginan untuk sekolah | 1.7% | 0.6% |
Tidak bisa menangani emosi | 28.7% | 19.3% |
Mencoba bunuh diri | 0.5% | 1.6% |
Terlibat tindakan kekerasan | 16.3% | 8.5% |
Oleh karena itu, penting bagi orang tua, pengasuh dan masyarakat umum untuk memberikan dukungan dan perhatian khusus kepada anak-anak dari keluarga yang terpengaruh dengan broken home. Dukungan dan kasih sayang yang diberikan dapat membantu menangani masalah mereka dan memberikan stabilitas emosional pada mereka.
Dampak Psikologis Perceraian pada Orang Tua
Orang tua adalah sosok yang bertanggung jawab atas kesejahteraan anak-anak mereka. Namun, ketika pernikahan mereka berakhir dalam perceraian, dampaknya tidak hanya terasa bagi anak-anak, tetapi juga pada kesehatan mental orang tua. Berikut adalah beberapa dampak psikologis yang dapat terjadi:
- Depresi: Pada banyak kasus, pernikahan yang tidak bahagia dan perceraian dapat menimbulkan rasa sedih dan depresi pada orang tua yang terlibat. Mereka merasa gagal dan kehilangan kepercayaan diri dalam memilih pasangan hidup.
- Cemas dan Stres: Orang tua yang bercerai mungkin mengalami kecemasan dan stres pada tingkat yang tinggi. Mereka khawatir tentang masa depan anak-anak mereka, bagaimana mengatasi masalah keuangan, dan bagaimana menemukan kembali cinta
- Persepsi Negatif pada Pernikahan: Karena pengalaman buruk dalam pernikahan, orang tua seringkali memiliki pandangan negatif tentang pernikahan dan kemungkinan tidak ingin menikah lagi atau menunda pernikahan.
Perasaan ini dapat berdampak pada hubungan mereka dengan anak-anak mereka, dan mungkin mempengaruhi kemampuan mereka untuk memberikan dukungan emosional dan finansial.
Namun, tidak semua orang tua mengalami dampak psikologis yang negatif dari perceraian. Beberapa mungkin mendorong diri mereka sendiri untuk keluar dan menemukan cinta dan kebahagiaan dalam hidup mereka yang baru, sementara yang lain mungkin memperkuat hubungan dengan anak-anak mereka dan mengatasi krisis yang melibatkan orang tua dengan damai.
Dampak Psikologis Pada Orang Tua | Tipe Dampak |
---|---|
Perasaan sedih dan kecewa | Emosional |
Depresi, cemas, dan stres | Emosional |
Kehilangan kepercayaan diri | Emosional |
Mempunyai persepsi negatif terhadap pernikahan | Emosional |
Menjadi sukses dalam hidup yang baru | Positif |
Memperkuat hubungan dengan anak-anak | Positif |
Perceraian dapat berdampak negatif pada orang tua. Namun, tidak semua orang tua mengalami dampak psikologis yang buruk. Beberapa justru menemukan kebahagiaan baru dalam hidup mereka, sementara yang lain dapat memperkuat hubungan dengan anak-anak.
Single Parenting
Salah satu dampak dari terjadinya broken home adalah terbentuknya pola keluarga dengan hanya memiliki satu orang tua yang dikenal dengan istilah single parenting. Di dalam lingkungan broken home, single parenting biasanya terjadi karena pasangan suami istri telah bercerai atau salah satu pasangan telah meninggal dunia.
- Dalam kebanyakan kasus, single parenting mengacu pada ibu tunggal yang mengurus anak-anak mereka sendiri.
- Pada kenyataannya, single parenting dapat juga ditangani oleh orang tua pria.
- Polas keluarga seperti ini juga biasanya berkaitan dengan masalah keuangan karena hanya ada satu penghasil dalam keluarga.
Menjadi orang tua tunggal adalah tantangan yang besar, karena seorang ibu tunggal harus bisa mengelola kehidupannya sendiri dan juga menghadapi tantangan dalam mengasuh anak-anaknya secara penuh. Orang tua tunggal harus mampu memenuhi kebutuhan dasar anak-anak mereka, mulai dari makanan sampai biaya pendidikan.
Tentu saja, ada banyak dukungan yang tersedia untuk orang tua tunggal seperti beasiswa dan bantuan keuangan, namun orang tua tunggal masih harus mampu mengenal dan memanfaatkan sumber daya tersebut. Oleh karena itu, orang tua tunggal perlu menerima kenyataan ini dan bertekad untuk menjadi orang tua terbaik bagi anak-anak mereka.
Kerugian | Keuntungan |
---|---|
|
|
Kesimpulannya, menjadi orang tua tunggal merupakan tantangan yang besar. Namun, dengan memiliki kesabaran, tekad dan dukungan yang tepat, orang tua tunggal dapat memberikan hal-hal positif bagi anak-anak mereka dan tetap membentuk keluarga yang bahagia dan sehat.
Cara Mengatasi Anak dari Keluarga Broken Home
Anak dari keluarga broken home tentu akan mengalami kesulitan dalam menjalani hidupnya karena mereka seringkali harus beradaptasi dengan perubahan dalam struktur keluarganya. Namun, terdapat beberapa cara yang dapat membantu anak mengatasi kesulitan yang mereka alami.
- Memberi dukungan emosional
Anak dari keluarga broken home membutuhkan dukungan emosional yang kuat untuk dapat menghadapi kesulitan yang mereka alami. Orang tua atau orang dewasa lainnya perlu memberikan perhatian dan mendengarkan keluhan mereka secara aktif, sekaligus memberikan dorongan moral serta rasa optimisme agar mereka merasa lebih percaya diri dan mampu mengatasi kesulitan. - Memberikan kepastian
Anak juga perlu merasa aman dan tenang di lingkungan baru setelah orang tua bercerai. Jadi, penting bagi orang tua atau wali asuh untuk memberikan kepastian pada anak tentang perencanaan hidup mereka yang akan datang, seperti di mana mereka akan tinggal dan menempuh pendidikan. - Menjaga hubungan dengan mantan pasangan
Meskipun hubungan suami istri berakhir, anak tetap memiliki hak untuk menjalin hubungan dengan kedua orang tuanya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menjaga hubungan yang baik dengan mantan pasangan, terutama jika mereka memiliki anak yang harus diasuh bersama. Hubungan yang baik antara kedua orang tua dapat memberikan rasa aman dan memberikan gambaran positif tentang hubungan di masa depan.
Berikan Pilihan pada Anak
Memberikan pilihan pada anak menjadi cara yang efektif dalam membantu mereka mengatasi kondisi broken home. Pilihan yang diberikan pada anak bukan hanya soal hal-hal kecil seperti pakaian atau makanan, tapi juga terkait dengan pendidikan, hobi dan karir yang akan mereka ambil. Hal ini akan memperkuat rasa percaya diri mereka dan memberikan persepsi positif tentang masa depan mereka. Dengan adanya kebebasan dalam memilih, maka anak akan merasa lebih mandiri dan mampu melakukan hal-hal yang mereka sukai.
Memberikan Waktu yang Berharga pada Anak
Anak dari keluarga broken home seringkali merasa kesepian dan terasing. Oleh karena itu, hal yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan waktu yang berkualitas untuk bersama mereka. Hal ini dapat meningkatkan rasa keterikatan dan hubungan yang erat antara orang tua dan anak. Menghabiskan waktu yang berkualitas bersama akan membuat anak merasa dihargai dan merasa dicintai.
Cara Mengatasi Anak dari Keluarga Broken Home | Kelebihan | Kekurangan |
---|---|---|
Memberi dukungan emosional | Memberikan rasa optimisme dan keyakinan pada anak | Orang tua perlu memberikan perhatian yang cukup untuk memahami keluhan anak |
Memberikan kepastian | Anak merasa aman dan tenang dengan lingkungan baru setelah orang tua bercerai | Membuat anak bergantung pada kepastian yang dimiliki orang tua |
Menjaga hubungan dengan mantan pasangan | Memberikan rasa aman pada anak dan memperkusat gambaran positif tentang hubungan di masa depan | Kekurangan hubungan antara orang tua dapat mempengaruhi kondisi emosi anak |
Menerapkan cara-cara tersebut tidak akan mudah, namun hal tersebut bisa membantu anak mengatasi problematika keluarga mereka dengan lebih efektif. Ketika orang tua memperlihatkan bahwa mereka masih peduli dan menyayangi anak, meskipun kondisinya sudah berbeda, maka hal tersebut akan membuat anak merasa tenang dan terjaga kedamaian dalam hati mereka.
Masalah Hubungan Anak dari Keluarga Yang Pecah
Dalam keluarga yang pecah, banyak anak mengalami masalah di dalam hubungan interpersonal mereka. Ini mencakup:
- Ketidakpercayaan terhadap orang tua
- Kepercayaan diri yang rendah
- Kesulitan mengembangkan hubungan sehat dengan orang lain
Sebagai contoh, ketidakpercayaan terhadap orang tua bisa terjadi saat salah satu atau kedua orang tua tidak mampu menghadiri kebutuhan emosional anak mereka. Anak-anak dari keluarga yang pecah sering kali merasa ditelantarkan atau diabaikan, dan hal ini dapat mempengaruhi cara mereka memandang dunia. Anak-anak yang mengalami hal ini cenderung lebih sulit percaya pada orang-orang di sekitarnya, termasuk pada teman dan keluarga mereka sendiri.
Tingginya angka perceraian dapat menyebabkan masalah kepercayaan diri pada anak-anak dari keluarga yang pecah. Hal ini disebabkan karena mereka mungkin merasa diri mereka merupakan penyebab utama dari perceraian itu sendiri. Anak-anak yang mengalami masalah kepercayaan diri mungkin merasa tidak mampu mengembangkan hubungan yang sehat dengan orang lain di sekolah atau di tempat kerja. Kepercayaan diri yang rendah ini juga dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk mengatasi masalah dan kesulitan hidup.
Kesulitan dalam membentuk hubungan yang sehat dengan orang lain adalah masalah umum yang dihadapi oleh anak-anak dari keluarga yang pecah. Anak-anak yang tidak mampu mengembangkan hubungan yang sehat dengan orang lain mungkin merasa kesulitan untuk menjalin hubungan yang bermakna dalam hidup mereka. Hal ini dapat mempengaruhi segala aspek hidup mereka, termasuk karier, hubungan asmara, dan kebahagiaan secara keseluruhan.
Jenis Masalah | Dampak |
---|---|
Ketidakpercayaan terhadap orang tua | Menyebabkan kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dalam hidup mereka |
Kepercayaan diri yang rendah | Memengaruhi kemampuan anak untuk mengembangkan hubungan sehat dengan orang lain dan mempersulit mereka untuk mengatasi masalah |
Kesulitan dalam membentuk hubungan yang sehat dengan orang lain | Menyebabkan kesulitan untuk menjalin hubungan yang bermakna dalam hidup mereka |
Untuk membantu anak-anak dari keluarga yang pecah mengatasi masalah hubungan ini, diperlukan perhatian dan dukungan dari orang dewasa yang peduli. Terapis atau konselor dapat membantu anak-anak untuk mengatasi ketidakpercayaan dan kepercayaan diri yang rendah, sedangkan keluarga dan teman dapat membantu mereka dalam menjalin hubungan yang bermakna dan sehat.
Parental Alienation
Salah satu masalah yang melibatkan hubungan orang tua dan anak pada keluarga yang bermasalah atau disebut juga sebagai broken home adalah parental alienation. Parental alienation sendiri adalah ketika salah satu orang tua secara tidak sehat atau tidak adil mempengaruhi anak mereka untuk membenci atau menjauhi orang tua yang lain, bahkan bukan hanya menghambat hubungan anak dengan orang tuanya, tetapi juga merusak hubungan antara anak dan saudara kandung dan keluarga yang lebih luas.
- Orang tua alienator umumnya menggunakan beberapa teknik untuk mempengaruhi pikiran anak, seperti memberi penghargaan atau janji manis pada anak agar tidak bertemu dengan orang tua lain
- Mereka juga memberikan konsekuensi yang sangat buruk pada anak jika terus bersosialisasi dengan orang tua lain
- Orang tua alienator bahkan menggunakan rumor atau kebohongan untuk memojokkan dan menjatuhkan martabat orang tua lain
Orang tua alienator sering melakukan tugas makar ini untuk mendorong anak untuk memutuskan hubungan dengan orang tua lain dan membuat hubungan anak menjadi terisolasi dan ditentang oleh semua pihak. Hal ini menyebabkan anak kehilangan kontak dengan orang yang mencintai dan merawat mereka, mengalami depresi, kecemasan dan dalam beberapa kasus, menunjukkan gejala post-trauma. Jika seorang orang tua memutuskan hubungan antara anak dan orang tua lain tanpa alasan yang jelas dan didasarkan pada fakta nyata, maka dapat dianggap sebagai bentuk penyalahgunaan anak. Kebanyakan pengadilan meyakini bahwa alienasi atau penyalahgunaan anak adalah penyalahgunaan kekuasaan oleh orang tua, dan akan mengambil tindakan hukum yang sesuai untuk melindungi anak.
Gejala Anak yang Menderita Parental Alienation: | Metode atau Taktik Orang Tua Alienator: |
---|---|
Kehilangan rasa hormat terhadap orang tuanya | Menyebutkan orang tua lain dengan sebutan negatif atau meremehkan orang tua lain |
Menjauhi hubungan dengan orang tua lain | Memberikan hadiah atau janji manis pada anak agar tidak bertemu dengan orang tua lain |
Mengalihkan rasa marah, kebencian, atau kekesalan padanya | Memberikan konsekuensi yang buruk pada anak jika terus bersosialisasi dengan orang tua lain |
Mengalami perubahan perilaku yang signifikan dan merasa tertekan atau sedih | Mengatakan kebohongan tentang orang tua lain atau memberikan rumor dan gosip negatif pada orang tua lain |
Menjadi sangat bertentangan atau terisolasi dari keluarga dan teman-teman | Menjual ide-ide atau gagasan negatif tentang orang tua lain ke anak |
Sangat penting bagi orang tua untuk menghindari perilaku yang dapat mempererat masalah ini dan melindungi anak-anak yang terlibat. Alih-alih mengejar kepentingan pribadi mereka, orang tua harus berfokus pada kepentingan terbaik bagi anak mereka dan memastikan anak-anak mereka terhubung dengan kedua orang tua mereka, keluarga, dan lingkungan sosial yang sehat.
Effect of Broken Home on Academic Performance
Broken home atau rumah tangga yang terpisah merupakan suatu kondisi ketika anak hidup dalam keluarga yang orangtuanya telah bercerai atau terpisah secara emosional atau fisik. Kondisi ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan anak, termasuk pada prestasinya di sekolah.
Beberapa efek dari broken home pada prestasi akademik anak antara lain:
- Menurunnya motivasi belajar
Anak yang berasal dari broken home seringkali merasa tidak bersemangat dalam belajar dan cenderung merasa tidak percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas akademik. Faktor ini membuat mereka kurang termotivasi untuk belajar dan mencapai prestasi yang lebih baik. - Gangguan emosional
Kondisi yang tidak stabil di rumah akan mempengaruhi kondisi emosional anak dan kemampuan mereka untuk berkonsentrasi. Hal ini dapat mengganggu fokus belajar dan berdampak pada penurunan hasil akademik. - Kurangnya pendukung moral
Anak yang hidup dalam keluarga broken home mungkin merasa sulit untuk mendapatkan dukungan moral dan motivasi dari kedua orangtua mereka. Faktor ini dapat mempengaruhi perkembangan emosional dan kepercayaan diri anak dalam menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk dalam meraih prestasi di sekolah.
Cara Mengatasi Efek Broken Home pada Prestasi Akademik Anak
Memahami efek broken home pada prestasi akademik anak merupakan langkah awal untuk dapat mengatasi permasalahan ini. Beberapa cara mengatasi efek broken home pada prestasi akademik anak antara lain:
- Menjaga komunikasi dengan anak
Orang tua harus memastikan bahwa hubungan komunikasi dengan anak tetap terjaga dengan baik. Hal ini tidak hanya membantu anak dalam mengekspresikan perasaannya, namun juga membantu orang tua dalam memahami kebutuhan dan keinginan anak. - Memberikan dukungan moral dan motivasi
Orang tua dapat memberikan dukungan moral dan motivasi pada anak dengan memberikan pujian dan pengakuan atas prestasi yang telah dicapai. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan diri anak dan membantu mereka dalam meraih prestasi yang lebih baik di masa depan. - Mengajak anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan positif
Anak dapat diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan positif, seperti kegiatan ekstrakurikuler atau organisasi sukarela. Hal ini membantu membuat anak merasa lebih bertanggung jawab dan meningkatkan kemampuan sosial mereka.
Tabel Persentase Efek Broken Home pada Prestasi Akademik Anak
Tabel berikut menunjukkan persentase efek dari broken home pada prestasi akademik anak berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa negara:
Negara | Persentase Anak dengan Prestasi Rendah dari Broken Home |
---|---|
Amerika Serikat | 39% |
Australia | 27% |
Inggris | 25% |
Indonesia | 21% |
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak hanya anak-anak di negara maju, anak-anak di Indonesia juga rentan terkena efek dari broken home pada prestasi akademik mereka.
Rekonsiliasi dan Menikah Kembali Setelah Keluarga Retak
Jika Anda telah mengalami perceraian dan ingin rekonsiliasi dengan pasangan atau menikah lagi setelah perceraian, maka ada beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan:
- Pastikan bahwa Anda dan pasangan telah menyelesaikan masalah yang menyebabkan perceraian terjadi sebelum mempertimbangkan rekonsiliasi atau menikah lagi. Hal ini penting untuk menghindari mengulangi kesalahan yang sama di masa depan.
- Temukan dukungan dari keluarga dan teman-teman yang mendukung keputusan Anda untuk rekonsiliasi atau menikah kembali. Mereka dapat membantu Anda melalui proses sulit dan merangsang kedekatan kembali dengan pasangan.
- Pertimbangkan juga untuk mencari bantuan dari profesional terlatih, seperti terapis atau konselor pernikahan, untuk membantu Anda dan pasangan menyelesaikan masalah dan meredakan ketegangan emosional yang mungkin masih ada.
- Periksa kembali alasan mengapa Anda ingin rekonsiliasi atau menikah lagi. Apakah itu hanya karena Anda merasa kesepian atau takut hidup sendiri, atau apakah itu karena Anda benar-benar mencintai pasangan Anda dan ingin memperbaiki hubungan?
- Pastikan bahwa Anda dan pasangan berkomitmen untuk bekerja sama dalam memperbaiki hubungan dan menghindari kesalahan di masa depan.
- Pikirkan ke depan dan pertimbangkan situasi yang mungkin terjadi di masa depan, seperti jika Anda dan pasangan mungkin menghadapi masalah keuangan atau kesulitan lain yang dapat mempengaruhi hubungan Anda.
- Ingatlah bahwa rekonsiliasi atau menikah lagi mungkin tidak selalu berhasil. Anda harus siap untuk menerima kemungkinan bahwa hubungan Anda tidak dapat ditimbang kembali.
- Jangan merasa terburu-buru atau terpaksa untuk memutuskan dalam rekonsiliasi atau menikah lagi. Luangkan waktu untuk mempertimbangkan keputusan dan pastikan itu benar-benar apa yang Anda inginkan.
- Urusan ulang tahun pernikahan, seperti pernikahan ke 2, perlu dipikirkan matang karena pernikahan ke 2 justru dapat sama atau lebih rumit dibandingkan pernikahan sebelumnya.
- Jika ada anak dalam perceraian sebelumnya, pikirkan juga dampaknya terhadap anak. Pastikan keamanan dan kenyamanan anak dipertimbangkan dalam proses rekonsiliasi atau menikah kembali.
Perbandingan Tingkat Perceraian dan Perceraian Kedua
Menurut statistik, tingkat perceraian kedua lebih tinggi daripada tingkat perceraian pertama. Berikut adalah perbandingan tingkat perceraian dan perceraian kedua di Indonesia:
Tahap Perceraian | Tingkat Perceraian |
---|---|
Pertama | 15% |
Kedua | 33% |
Hal ini menunjukkan pentingnya mempertimbangkan secara matang untuk rekonsiliasi atau menikah lagi setelah perceraian. Pastikan Anda dan pasangan siap dan berkomitmen untuk memperbaiki hubungan dan menghindari kesalahan di masa depan.
Apa itu Broken Home?
Broken Home atau rumah tangga yang retak merupakan istilah yang menggambarkan situasi di mana sebuah keluarga mengalami disintegrasi dan kehancuran yang bisa terjadi karena perceraian, kematian salah satu pasangan, atau pemisahan keluarga secara umum.
1. Apa saja penyebab terjadinya broken home?
Penyebab broken home bisa beragam. Beberapa di antaranya adalah adanya perselingkuhan, perbedaan prinsip hidup, perselisihan yang tak kunjung usai, ketidakpuasan dalam perkawinan, konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang, kekerasan dalam rumah tangga, dan lain sebagainya.
2. Bagaimana dampak terjadinya broken home bagi anggota keluarga?
Dampak terburuk dari broken home adalah psikologis pada anggota keluarga. Anak-anak misalnya, bisa mengalami trauma, depresi, dan kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat di masa depan. Selain itu, keuangan dan kesehatan mental keluarga juga bisa terdampak dampak.
3. Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya broken home?
Untuk mencegah terjadinya broken home, penting bagi pasangan untuk membangun komunikasi yang baik, saling menghargai, dan bertanggung jawab dalam menjalankan peran masing-masing. Jika terjadi masalah, cobalah untuk memecahkan dengan cara yang positif dan jangan menyerah terlebih dahulu.
4. Bagaimana cara mengatasi broken home jika sudah terjadi?
Jika broken home sudah terjadi, pendekatan yang tepat bisa berbeda-beda pada setiap kasus. Namun, terapi perkawinan atau konseling psikologi bisa sangat membantu dalam memulihkan hubungan pasangan dan memperbaiki situasi keluarga.
5. Apa yang bisa dilakukan bagi anak-anak yang hidup dalam keluarga broken home?
Untuk anak-anak yang hidup dalam keluarga broken home, janganlah menganggap diri sebagai korban yang lemah. Cobalah untuk membangun rasa percaya diri dan bersikap positif terhadap perubahan. Konseling psikologi juga bisa membantu anak-anak untuk mengelola emosi mereka.
6. Bagaimana cara melestarikan keharmonisan dalam rumah tangga?
Lebih mudah untuk menjaga keharmonisan daripada memperbaiki broken home. Komunikasi yang baik, saling menghargai, mempercayai pasangan, memperbaiki masalah sebelum menjadi lebih buruk, dan memperlakukan pasangan sebagaimana layaknya orang yang kita cintai, adalah sejumlah cara penting yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keharmonisan.
7. Bisakah rumah tangga yang mengalami broken home menjadi harmonis kembali?
Bisakah, tentu saja. Dengan upaya dari kedua belah pihak yang memperbaiki kekurangan masing-masing, ingin memperbaiki hubungan, dan berusaha membangun kembali kepercayaan satu sama lain. Penting juga untuk mempunyai sifat yang rendah hati dan bersedia mengalah demi kebaikan di masa depan.
Terima Kasih Telah Membaca
Sekarang Anda sudah mengetahui apa itu broken home dan bagaimana dampak yang bisa terjadi. Apapun kondisi keluarga Anda saat ini, jangan pernah menganggap bahwa ada keadaan yang tidak bisa diperbaiki. Terimalah apa adanya, bersikap positif, dan selalu berusaha untuk mencapai kebahagiaan dalam keluarga. Terima kasih telah membaca, jangan lupa kembali lagi untuk membaca tulisan kami di lain waktu!