Apa itu masokis menjadi salah satu topik yang sering dibicarakan di antara kelompok sahabat atau rekan kerja. Namun, banyak orang yang salah kaprah dalam mengartikan makna kata masokis. Terlepas dari bermacam persepsi yang beredar, masokis di simpulkan sebagai suatu aktivitas yang memperoleh kepuasan dari rasa sakit.
Banyak orang yang menyisipkan jenis aktivitas ini sebagai suatu pengalaman yang luar biasa saat mereka mulai mempraktikkannya. Meskipun tergolong sebagai praktek yang kurang umum, masokis telah digemari oleh orang-orang yang mempunyai keterampilan tertentu dalam mengontrol rasa sakit saat mengeksekusinya.
Bagi sebagian orang, tanpa sadar mereka telah melakukannya, sedangkan yang lain memang khusus melakukan aktivitas ini sebagai hobinya. Masokis dapat dibilang sebagai salah satu cara untuk menguji batas-batas kita dalam menghadapi rasa sakit dan memperoleh kepuasan dari pengalaman itu. Namun, apapun itu, melakukan aktivitas ini memerlukan pertimbangan yang matang dan kehati-hatian dalam melakukannya.
Apa itu Masokisme dalam Istilah Psikologi?
Terkadang istilah masokisme lebih sering dikaitkan dengan perilaku seksual yang ekstrem. Padahal, masokisme juga bisa terjadi di luar konteks seksual. Dalam kamus Psikologi, masokisme didefinisikan sebagai perilaku atau dorongan seseorang untuk mencari atau mengalami penderitaan fisik atau psikologis.
Secara umum, ada 2 jenis masokisme, yaitu:
- Masokisme seksual, yaitu ketertarikan seksual terhadap rasa sakit atau penderitaan fisik.
- Masokisme non-seksual, yaitu kebiasaan menciptakan penderitaan emosional atau fisik pada diri sendiri.
Masokisme bisa dikaitkan dengan tingkat stres tertentu. Misalnya, seseorang yang mengalami stres berlebihan bisa menggunakan perilaku masokis sebagai cara untuk mengalihkan atau meredakan stres tersebut. Namun, kalau perilaku masokis terjadi secara terus-menerus dan berlebihan, hal tersebut bisa meningkatkan risiko depresi, kecemasan, bahkan bunuh diri.
Asal Usul Istilah Masokisme
Sebelum membahas lebih jauh mengenai apa itu masokisme, kita perlu melihat dari mana istilah ini berasal. Istilah “masokisme” pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter Austria berkebangsaan bernama Richard von Krafft-Ebing pada tahun 1886 dalam bukunya yang terkenal berjudul “Psychopathia Sexualis”.
Ketika itu, Krafft-Ebing mencari kata yang dapat membedakan perilaku seksual tertentu dari kegiatan seksual biasa. Ia kemudian menemukan kata “masokisme” yang diambil dari nama seorang penulis asal Polandia bernama Leopold von Sacher-Masoch.
Asal-Usul Nama Sacher-Masoch
- Leopold von Sacher-Masoch lahir pada tahun 1836 di Lemberg, Galicia (sekarang bagian dari Ukraina). Saat itu daerah ini masih merupakan wilayah kekaisaran Austria-Hungaria.
- Sacher-Masoch dibesarkan dalam keluarga keturunan bangsawan. Ayahnya adalah seorang hakim yang terkenal dan ibunya adalah seorang wanita yang sangat menghargai pendidikan dan memperjuangkan hak-hak perempuan.
- Di kemudian hari, Sacher-Masoch menjadi seorang penulis terkenal di Eropa. Karyanya yang paling terkenal adalah “Venus in Furs” yang dianggap sebagai salah satu karya penting dalam sastra erotis.
Keterkaitan Sacher-Masoch dan Masokisme
Di dalam bukunya yang berjudul “Venus in Furs”, Sacher-Masoch menggambarkan fantasi seksual yang melibatkan pakaian kulit dan pengendalian dari seorang wanita yang dikenal dengan sebutan “dominatrix”. Karya tersebut menjadi populer di kalangan pejuang kebebasan seksual pada awal abad ke-20.
Krafft-Ebing kemudian menggunakan nama Sacher-Masoch untuk menggambarkan perilaku seksual tertentu yang melibatkan pengendalian dan penderitaan yang disebut sebagai “masokisme”. Keterkaitan antara nama Sacher-Masoch dan masokisme kemudian menjadi terkenal dan hingga saat ini, nama Sacher-Masoch sering dikaitkan dengan istilah tersebut.
Ringkasan
Secara singkat, istilah masokisme berasal dari nama seorang penulis asal Polandia bernama Leopold von Sacher-Masoch. Ia menulis kisah-kisah erotis yang melibatkan pengendalian dan penderitaan, dan karya-karyanya kemudian digunakan oleh Richard von Krafft-Ebing untuk membentuk istilah masokisme yang digunakan hingga saat ini.
Tahun | Peristiwa |
---|---|
1836 | Leopold von Sacher-Masoch lahir di Lemberg, Galicia. |
1886 | Richard von Krafft-Ebing memperkenalkan istilah masokisme dalam bukunya yang berjudul “Psychopathia Sexualis”. |
1969 | Lagu “Venus in Furs” oleh The Velvet Underground menjadi populer dan dianggap sebagai representasi dari kebebasan seksual pada masa itu. |
Informasi ini penting untuk dipahami karena membantu kita untuk memahami asal-usul istilah masokisme yang terkenal hingga saat ini.
Contoh Perilaku Masokis dari Sejarah
Perilaku masokis bukanlah hal baru dalam sejarah manusia. Ada beberapa contoh dari periode sejarah yang menunjukkan perilaku masokis. Beberapa dari mereka bahkan menunjukkan level masokisme yang sangat tinggi. Berikut adalah beberapa contoh dari masa lalu yang menunjukkan tingkat masokisme yang berbeda-beda.
- Pemotongan Diri: Pada zaman Kuno, banyak agama yang mempraktikkan ritual pemotongan diri sebagai bagian dari upacara keagamaan. Beberapa dari mereka bahkan mengambil tanduk dan menusuknya ke dalam tubuh mereka sendiri untuk menguji ketahanan diri dan menunjukkan kesetiaan pada agama mereka.
- Kekerasan dalam Seks: Selama Epik Iliad, Achilles mengikat jenazah Hector pada keretanya dan mengarak-jarakkan jenazah itu di sekitar kota Troy sebagai tindakan balas dendam pada kematian temannya, Patroclus. Tindakan ini menunjukkan bahwa kesenangan bisa berasal dari kekerasan yang menyakitkan.
- Penyiksaan sebagai Hiburan: Selama Zaman Pertengahan, penyiksaan dianggap sebagai sesuatu yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa orang bahkan pergi menonton tindakan penyiksaan sebagai hiburan, seperti melihat orang lain menderita di matahariberawan.
Tindakan Masokis di Abad Modern
Meskipun perilaku masokis telah terjadi sejak lama, tindakannya berubah seiring berjalannya waktu. Seiring dengan perkembangan teknologi dan gaya hidup modern, perilaku masokis menjadi lebih tersembunyi dan sulit dideteksi. Berikut ini adalah beberapa contoh perilaku masokis yang umum terjadi di abad modern.
- BDSM: Kelompok sosial ini seringkali melakukan hubungan seksual dengan menggunakan tindakan kekerasan yang menyakitkan pada diri pasangan. BDSM merupakan singkatan dari tiga hal, yaitu bondaging, disiplin, sadisme, dan masokisme.
- Olahraga Ekstrem: Banyak atlet yang terlibat dalam olahraga ekstrem yang dapat menyebabkan cedera dan bahkan kematian. Mereka mengambil risiko yang sangat besar dalam melakukan olahraga tersebut untuk mendapatkan kepuasan, tantangan, dan kebanggaan.
- Tontonan Media Kekerasan: Beberapa orang merasa senang dengan menonton adegan kekerasan di media, seperti film atau video game. Ini karena mereka merasa terstimulasi oleh adegan tersebut dan mendapatkan kenikmatan dari adegan yang menyakitkan.
Perbedaan Antara Masokisme dan Kebiasaan Sehat
Penting untuk diingat bahwa perilaku masokis dapat sangat berbahaya jika tidak dilakukan dengan hati-hati dan terkendali. Ada beberapa perbedaan antara perilaku masokis dan kebiasaan sehat, seperti melakukan olahraga atau mengambil risiko dengan cara yang bertanggung jawab. Jangan meniru perilaku masokis pada orang lain atau apa yang Anda lihat di media, karena bisa sangat berbahaya bagi kesehatan mental maupun fisik Anda.
Tindakan Masokis | Kebiasaan Sehat |
---|---|
Menyiksa Diri | Berolahraga dengan Teratur |
Melakukan Tindakan Seksual yang Menyakitkan | Berkonsultasi dengan Dokter tentang Kesehatan Seksual |
Menyiksa atau Membunuh Binatang | Nature Walking atau Melakukan Olahraga Ekor Alam |
Terlepas dari itu, orang yang ingin mengeksplorasi permintaan seksual tertentu, termasuk tindakan masokis, harus melakukan komunikasi terbuka dan jujur dengan pasangannya. Mereka juga harus memastikan bahwa pasangannya setuju sepenuhnya dan memahami batasan yang ditetapkan.
Masokisme dalam Konteks BDSM
Masokisme sering dikaitkan dengan BDSM, yang merupakan singkatan dari Bondage and Discipline, Dominance and Submission, serta Sadism and Masochism. BDSM adalah praktik di mana orang mengalami gairah seksual melalui pengendalian, kekuasaan, atau rasa sakit. Terkadang, BDSM dianggap sebagai hal yang tabu atau ekstrem, namun pada kenyataannya, banyak orang menikmati praktik ini.
- Bondage and Discipline (BD)
- Dominance and Submission (DS)
- Sadism and Masochism (SM)
BD adalah praktik di mana seseorang diikat atau dibatasi gerakkannya menggunakan tali, borgol, atau alat lainnya. Tujuan dari BD adalah memberikan rasa kehilangan kendali dan memberikan gairah melalui pengendalian.
DS melibatkan peran yang dibagi menjadi dominan dan submisif. Pihak dominan mengambil kendali dan memerintah, sementara pihak submisif menyerahkan diri dan mengikuti perintah. Tujuan dari DS adalah memberikan rasa kekuasaan dan pengendalian dalam hubungan seksual.
SM melibatkan peran yang dibagi menjadi sadis dan masokis. Sadis menikmati memberikan rasa sakit atau tidak nyaman pada pasangan, sementara masokis menikmati menerima rasa sakit atau tidak nyaman. Tujuan dari SM adalah memberikan rasa kesenangan melalui pengalaman rasa sakit atau tidak nyaman dalam hubungan seksual.
Masokisme dalam BDSM bisa diartikan sebagai bagian dari SM. Masokis menikmati merasakan sakit atau tidak nyaman dalam hubungan seksual. Hal ini bisa dilakukan melalui pukulan, kapang, atau teknik lainnya. Namun, penting untuk diingat bahwa semua praktik BDSM harus dilakukan dengan kesepakatan dan persetujuan dari kedua pihak. Selalu ada batasan yang harus dihormati dan dijaga.
Keuntungan Masokisme dalam BDSM | Kerugian Masokisme dalam BDSM |
---|---|
Meningkatkan koneksi dan keintiman | Cedera fisik atau emosional |
Meningkatkan kepercayaan diri | Ketergantungan pada rasa sakit |
Memberikan pengalaman baru dan menantang | Bisa memicu memori traumatis |
Secara keseluruhan, masokisme dalam konteks BDSM adalah praktik yang cukup kompleks dan membutuhkan komunikasi dan persetujuan yang matang antara kedua belah pihak. Selalu penting untuk memahami batasan dan resiko yang dapat terjadi. Selain itu, pastikan bahwa Anda dan pasangan Anda merasa nyaman dan aman dalam melakukannya.
Membedakan Antara Masokisme dan Sadisme
Sebelum membahas lebih dalam perbedaan antara masokisme dan sadisme, penting untuk memahami bahwa keduanya merupakan gangguan mental yang serius dan harus diobati dengan segera. Masokisme adalah perilaku atau keinginan seseorang untuk mengalami rasa sakit atau penderitaan fisik atau emosional, sedangkan sadisme adalah keinginan untuk menyakiti atau merendahkan orang lain.
Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara masokisme dan sadisme:
- Objek keinginan: Pada masokisme, objek keinginan adalah diri sendiri, sedangkan pada sadisme objek keinginan adalah orang lain.
- Gaya perilaku: Pada masokisme, orang cenderung untuk mengekspresikan keinginan mereka dengan meminta untuk diperlakukan dengan kasar atau penderitaan, sementara pada sadisme, orang cenderung bertindak secara agresif terhadap orang lain.
- Respon terhadap rasa sakit: Pada masokisme, keinginan untuk merasa sakit atau menderita berfungsi sebagai pengalaman erotis atau meningkatkan kepuasan seksual, sedangkan pada sadisme, rasa sakit atau penderitaan orang lain yang meningkatkan kepuasan atau gairah seksual.
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat membantu untuk membedakan antara masokisme dan sadisme, tetapi penting juga untuk tidak mengambil ringan perilaku tersebut dan segera mencari bantuan medis jika ada kecenderungan untuk berperilaku seperti itu. Konseling psikologis atau terapi dapat membantu individu untuk mengatasi masalah dan mempelajari cara mengelola perilaku yang tidak sehat.
Mengatasi Masokisme dan Sadisme
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal cenderung masokistik atau sadistik, hal terbaik yang dapat Anda lakukan adalah mencari bantuan medis secepat mungkin. Konseling atau terapi psikologis dapat membantu individu untuk memahami perilaku mereka, mencari tahu sumber masalah, dan mempelajari cara mengelola atau mengatasi perilaku tersebut.
Sebagai tindakan preventif, penting untuk mendidik diri sendiri dan orang lain tentang masalah ini serta mempromosikan stigma negatif terhadap perilaku tersebut. Memiliki pemahaman yang lebih baik tentang masokisme dan sadisme dapat membantu kita mengenali gejala perilaku tidak sehat dan menghindari kecenderungan tersebut.
Masokisme | Sadisme |
---|---|
Contoh perilaku: Meminta untuk dipukul atau disiksa, merasa terangsang oleh penderitaan fisik atau emosional. | Contoh perilaku: Menyakiti, merendahkan atau merendahkan orang lain untuk meningkatkan kepuasan atau gairah seksual. |
Tindakan yang dapat dilakukan: Konseling psikologis atau terapi, menghindari situasi yang dapat memicu perilaku. | Tindakan yang dapat dilakukan: Terapi, menjalani pengobatan untuk mengatasi kondisi psikologis yang mendasarinya. |
Penting untuk diingat bahwa masokisme dan sadisme adalah masalah serius dan memerlukan perhatian medis yang serius. Dengan mengenali tanda-tanda dan gejala perilaku tidak sehat, kita dapat menghindari potensi bahaya dan membantu individu untuk mencapai kesembuhan.
The Connection Between Masochism and Trauma
Banyak orang mengasosiasikan masokis dengan aktivitas seksual atau perilaku aneh. Namun, salah satu penyebab masokis adalah pengalaman trauma atau kekerasan dalam hidup seseorang. Bagi individu yang mengalami trauma, aktivitas yang menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan mungkin menjadi cara untuk mengalihkan perhatian dari kejadian traumatis atau mengendalikan rasa sakit yang dirasakan. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang hubungan antara masokis dan trauma:
- Individu yang mengalami trauma cenderung mengalami masalah dengan pengendalian ketidaknyamanan atau kecemasan. Akibatnya, beberapa orang mengembangkan perilaku masokis sebagai cara untuk meredakan rasa sakit atau kecemasan.
- Ada kaitan antara masokis dan kerusakan diri. Beberapa orang yang mengalami trauma cenderung merasa bersalah atau tidak berharga, sehingga perilaku masokis dapat menjadi cara untuk menghukum diri sendiri karena kegagalan atau kelemahan.
- Tidak semua orang yang mengalami trauma mengembangkan perilaku masokis. Namun, individu yang mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) atau gangguan stres pascatrauma, lebih rentan terhadap perilaku ini.
Sebuah buku tahun 2019 berjudul “The New Bottoming Book” mendiskusikan bagaimana perilaku masokis dapat bertanggung jawab atas pengalaman trauma yang menyakitkan. Beberapa individu mungkin merasa terdorong untuk mengulangi trauma mereka melalui perilaku masokis atau sado-masokis sebagai cara untuk memproses atau mengatasi kejadian tersebut. Keadaan ini dikenal sebagai re-enactment atau pengulangan.
Sebuah studi tahun 2020 di Journal of Trauma & Dissociation menemukan bahwa pengalaman kekerasan seksual bisa menjadi faktor yang memengaruhi perilaku masokis dan sado-masokis. Studi tersebut menemukan bahwa orang yang mengalami kekerasan seksual lebih cenderung menjadi pelaku sado-masokistik dan perlu perawatan khusus untuk mengatasi perilaku ini.
Jangan lupa bahwa tidak semua orang yang terlibat dalam perilaku masokis berarti mengalami trauma. Ada individu yang terlibat dalam perilaku tersebut sebagai bentuk pengalaman seksual atau kepuasan diri. Namun, bagi orang-orang yang mengalami trauma atau kekerasan, aktivitas ini mungkin menjadi satu-satunya cara untuk merasa terkait dengan rasa sakit atau kecemasan.
Konsep Satu Dasar Sado-Masokis |
---|
Sado-Masokis memiliki hubungan dan kekuatan otentik secara interpersonal |
Konsep hubungan tersebut berasal dari konsep yang diperoleh melalui perkembangan batin dan pengalaman sosial |
Terdiri dari dua konsep kardinal, yaitu pengendalian dan ketidaknyamanan |
Pengendalian dan ketidaknyamanan diwujudkan melalui sebuah hubungan interpersonal antara individu yang mewakili mereka |
Bagi individu yang mengalami masokis karena alasan trauma atau kekerasan, penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental. Terapi dapat membantu individu mengatasi kesulitan emosional dan perilaku yang mungkin diakibatkan oleh kejadian traumatis, termasuk perilaku masokis.
Masochistic Personality Traits and Behaviors
Masokis atau sado-masokis adalah kondisi psikologis yang dianggap kurang sehat di mana seseorang merasakan kesenangan seksual dari rasa sakit atau penderitaan. Orang tersebut dapat menjadi sado, yaitu orang yang merasakan kesenangan dari memberikan rasa sakit pada pasangannya; atau masokis, yaitu orang yang merasakan kesenangan dari penderitaan yang diterimanya dari pasangannya.
- Pengorbanan yang berlebihan: Orang dengan kepribadian masokis seringkali mengorbankan diri dan kepentingannya demi memuaskan keinginan pasangannya. Mereka tidak terlalu memikirkan kebahagiaan pribadi, namun cenderung mengutamakan keinginan orang lain.
- Sikap menurut: Orang dengan kepribadian masokis cenderung mencari pengakuan dari pasangannya dan merasa senang ketika dipuji dan diakui. Hal ini dapat menyebabkan mereka menjadi terlalu menurut dan tergantung pada pasangannya, bahkan dalam situasi yang tidak sehat.
- Rasa bersalah berlebihan: Orang dengan kepribadian masokis seringkali merasa bersalah ketika mengekspresikan keinginan dan ambisi pribadi. Mereka hanya ingin memuaskan pasangan dan merasa tidak pantas untuk meraih kebahagiaan pribadi.
Beberapa perilaku yang dapat ditunjukkan oleh orang dengan kepribadian masokis meliputi:
- Meminta penghukuman atau perlakuan kasar dari pasangan
- Menolak untuk menetapkan batas-batas dalam hubungan
- Evakuasi emosi melalui berbagai bentuk rasa sakit atau penderitaan
Menurut sebuah penelitian, orang dengan kepribadian masokis cenderung memiliki tingkat kesehatan mental yang lebih rendah, termasuk depresi dan kecenderungan bunuh diri. Oleh karena itu, sangat penting bagi mereka untuk mencari bantuan profesional dan mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki hubungan dan kehidupan pribadi mereka.
Perilaku Masokis | Penjelasan |
---|---|
Mengejar penderitaan | Orang dengan kepribadian masokis seringkali mencari penderitaan untuk mendapatkan sensasi yang menyenangkan dari rasa sakit tersebut. |
Membiarkan diri disalahgunakan | Orang dengan kepribadian masokis mungkin cenderung membiarkan pasangannya menyalahgunakan atau memanfaatkan mereka demi merasa diakui atau dicintai. |
Pengorbanan berlebihan | Orang dengan kepribadian masokis cenderung mengorbankan diri dan kepentingannya demi memenuhi keinginan pasangannya. |
Dalam kasus yang parah, perilaku masokis dapat berbahaya bagi kesehatan fisik dan mental seseorang serta pasangan mereka. Oleh karena itu, sangat penting bagi siapa pun yang mengalami masalah ini untuk mencari bantuan profesional sesegera mungkin.
Manfaat dan Kerugian Perilaku Masokis
Perilaku masokis atau masokisme adalah suatu kecenderungan untuk mencari atau menikmati rasa sakit atau penderitaan fisik atau psikologis. Meski tampak aneh dan tidak masuk akal, ternyata perilaku ini menjadi hal yang seringkali dilakukan oleh beberapa orang.
Namun, seperti halnya perilaku lainnya, masokisme juga memiliki manfaat dan kerugian. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai manfaat dan kerugian perilaku masokis.
- Manfaat Perilaku Masokis
- Meningkatkan konsentrasi – Secara paradoks, rasa sakit yang dialami saat masokisme dapat meningkatkan konsentrasi dan fokus. Hal ini bisa memicu keluarnya hormon endorfin yang membuat tubuh merasa lebih segar dan stabil.
- Membawa kesenangan – Beberapa orang yang memiliki perilaku masokis mengklaim bahwa mereka merasa terpuaskan dan bahagia saat melakukan aktivitas tersebut. Saat ditanya apa yang membuat mereka merasa bahagia, beberapa dari mereka menjawab “sadar bahwa saya bisa merasakan sesuatu yang intens.”
- Memperkuat rasa kepercayaan diri – Mampu mengontrol dan bertahan dalam rasa sakit dapat membawa rasa percaya diri pada diri seseorang. Dalam beberapa kasus, perilaku masokis juga dikaitkan dengan kesadaran diri dan kemampuan menguasai diri sendiri.
- Kerugian Perilaku Masokis
- Bahaya fisik – Risiko cedera serius selalu ada ketika melakukan aktivitas masokis. Bahkan, terdapat banyak kasus kematian akibat perilaku ini.
- Bahaya psikologis – Perilaku masokis juga dapat menciptakan masalah dalam hubungan dan interaksi sosial. Seringkali, ketertarikan akan rasa sakit dan penderitaan dapat mengisolasi orang dari lingkungan sosial mereka yang sehat dan normal.
- Menciptakan ketergantungan – Seperti halnya perilaku lain yang menimbulkan sensasi intens, kecanduan pada perilaku masokis dapat berkembang dalam waktu yang singkat.
Secara umum, pengambilan keputusan dalam melakukan perilaku masokis haruslah dilakukan dengan sangat hati-hati dan cermat. Setiap individu harus mempertimbangkan secara baik manfaat dan kerugian perilaku yang diambil dan mengambil keputusan dengan bertanggung jawab.
Manfaat | Kerugian |
---|---|
1. Meningkatkan konsentrasi | 1. Bahaya fisik |
2. Membawa kesenangan | 2. Bahaya psikologis |
3. Memperkuat rasa kepercayaan diri | 3. Menciptakan ketergantungan |
Jangan pernah melakukan apapun dengan asal-asalan. Pastikan Anda selalu mengetahui risiko dan manfaat dari setiap perilaku yang dilakukan.
Bagaimana Mengeksplorasi Masokisme dengan Aman dan Sehat
Masokisme adalah preferensi seksual di mana seseorang menikmati atau merasakan gairah seksual dari rasa sakit atau penderitaan. Namun, rasakan sakit yang dialami harus dipertimbangkan dan dilakukan dengan cara yang aman dan sehat untuk menghindari cedera atau efek yang merugikan bagi kesehatan dan kesejahteraan individu.
- Buatlah kesepakatan sebelumnya
- Perlu adanya persetujuan antara kedua pihak sebelum melakukan eksplorasi masokisme.
- Jangan mengkonsumsi obat-obatan atau minuman alkohol
- Obat-obatan dan alkohol bisa memengaruhi persepsi seseorang terhadap rasa sakit, dan ini dapat memperburuk situasi.
- Memastikan penggunaan alat yang aman dan bersih
- Apabila menggunakan alat seperti whip atau kain katun, pastikan bahwa kebersihan dan keamanan terjamin.
- Mengidentifikasi batas-batas yang aman
- Setiap orang memiliki keberanian yang berbeda-beda, penting untuk mengetahui batas pribadi dan memastikan rasa sakit yang dialami tidak melebihi batas tersebut.
- Berbicaralah sesudahnya
- Setelah melakukan eksplorasi masokisme, pastikan untuk membahas kesan dan pengalaman yang dialami.
Mempraktikkan eksplorasi masokisme dengan cara yang aman dan sehat akan mengurangi risiko cedera atau dampak negatif bagi kesehatan. Namun, jika merasa tidak nyaman atau tidak yakin dengan tindakan tersebut, maka jangan dipaksa untuk melakukannya. Selalu ingat bahwa kesepakatan dan kesehatan adalah hal yang terpenting saat menjelajahi preferensi seksual seperti masokisme.
Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka melakukan eksplorasi masokisme. Simak tipsnya di bawah ini:
Jangan lakukan | Lakukan |
---|---|
Melakukan eksplorasi ke dalam dunia masokisme tanpa diskusi lebih lanjut dengan pasangan. | Bicaralah terlebih dahulu dengan pasangan mengenai preferensi seksual yang akan dijelajahi. |
Memaksa diri untuk melakukan tindakan masokisme meskipun sudah lebih dari batas kenyamanan. | Perluasan batas pribadi sebaiknya dilakukan perlahan-lahan, dan jika merasa tidak nyaman, maka hentikan. |
Membiarkan teman atau pasangan melakukan tindakan yang tidak kau inginkan. | Jangan biarkan pasangan melakukan tindakan tanpa persetujuan terlebih dahulu. |
Seperti dengan setiap jenis eksplorasi seksual lainnya, penting untuk selalu berbicara dan berkomunikasi dalam rangka menjaga keselamatan dan kesehatan diri sendiri dan pasangan. Mengenal batas masing-masing orang serta menjenguk kesejahteraan psikologis mereka secara teratur juga merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Kontroversi Seputar Masokisme di Psikologi dan Masyarakat
Masokisme adalah suatu kecenderungan atau hasrat seksual seseorang untuk merasakan rasa sakit atau penderitaan dalam konteks aktivitas seksual yang aman dan disetujui oleh kedua belah pihak. Namun, praktik ini seringkali menuai kontroversi dan ketidaksepakatan di kalangan psikolog dan masyarakat. Berikut ini adalah beberapa faktor yang menyebabkan kontroversi tersebut:
- Etimologi yang negatif: Kata masokisme berasal dari nama seorang penulis Austria, Leopold von Sacher-Masoch, yang terkenal karena fiksinya yang menceritakan seorang pria yang menginginkan penghinaan dan penderitaan dari seorang wanita. Hal ini menyebabkan asosiasi negatif dengan masokisme.
- Masokisme dianggap sebagai gangguan mental: Karena asosiasi negatif dengan nama Sacher-Masoch, masokisme sering kali dianggap sebagai suatu bentuk gangguan mental atau psikologis. Namun, masih banyak perdebatan di kalangan psikolog tentang apakah masokisme seharusnya dikategorikan sebagai gangguan mental atau bukan.
- Perbedaan antara masokisme dan kekerasan: Kontroversi juga terjadi karena perbedaan antara masokisme yang disetujui oleh kedua belah pihak dan kekerasan atau pelecehan yang tidak disetujui. Masokisme yang disetujui merupakan aktivitas sukarela dan aman bagi semua pihak, sementara kekerasan atau pelecehan adalah kejahatan yang merugikan satu pihak.
- Stigma sosial: Budaya yang masih berpegang pada nilai-nilai konservatif seringkali menilai masokisme sebagai perilaku yang tidak pantas dan kontroversial. Hal ini menyebabkan stigma sosial bagi para praktisi masokisme.
Masokisme dalam Masyarakat dan Psikologi
Kontroversi seputar masokisme dalam masyarakat dan psikologi masih terus berlanjut hingga saat ini. Namun, perlu dicatat bahwa praktik seksual apa pun harus dilakukan dengan sukarela dan dengan menjamin keselamatan dan kesejahteraan bagi semua pihak yang terlibat. Jika Anda tertarik untuk mengeksplorasi atau mempraktikkan masokisme, penting untuk memahami risiko dan batasan yang terlibat serta berkonsultasi dengan ahli terkait.
Apa Itu Masokis?
1. Apa arti masokis?
Masokis atau masokisme adalah kecenderungan untuk menikmati rasa sakit atau penderitaan secara fisik atau psikologis.
2. Apakah masokisme itu penyakit mental?
Masokisme bukanlah sebuah penyakit mental karena tidak memenuhi kriteria gangguan mental yang diakui secara resmi.
3. Mengapa orang menjadi masokis?
Alasan seseorang menjadi masokis bisa beragam, termasuk faktor genetik, pengalaman masa lalu, atau sebagai bentuk eksplorasi diri.
4. Apakah masokis selalu melibatkan seksualitas?
Tidak selalu. Masokisme bisa juga terjadi dalam bentuk non-seksual seperti olahraga, kegiatan hobi, atau memotong diri.
5. Apakah masokis bahaya?
Masokisme memiliki risiko fisik dan psikologis jika dilakukan secara berlebihan. Namun jika dilakukan dengan bijak dan aman, bukanlah merupakan hal yang bahaya.
6. Apakah ada pengobatan untuk masokis?
Tidak ada pengobatan khusus untuk masokisme. Namun jika masokisme menimbulkan masalah fisik atau psikologis, sebaiknya berkonsultasi dengan psikolog atau dokter.
7. Bagaimana mengatasi keinginan untuk menjadi masokis?
Mengatasi keinginan untuk menjadi masokis dapat dilakukan dengan meningkatkan rasa percaya diri, mengeksplorasi bentuk kebahagiaan lain, dan menghindari faktor pemicu.
Sampai Jumpa Lagi!
Terima kasih telah membaca artikel tentang apa itu masokis. Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas. Jangan lupa untuk mengunjungi kami di lain waktu untuk artikel-artikel menarik lainnya. Salam sehat dari kami!