Apa Itu Sigma? Panduan Lengkap Tentang Metodologi Six Sigma

Apa itu Sigma? Bagi kalian yang belum mengenalnya, Sigma adalah sebuah metode perbaikan kualitas yang terinspirasi dari sistematika pabrik Toyota. Pada dasarnya, Sigma digunakan untuk membantu organisasi dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasionalnya.

Tidak hanya digunakan dalam bidang industri, Sigma juga dapat diterapkan pada segala jenis organisasi termasuk pemerintahan, pendidikan, dan non-profit. Tujuannya adalah untuk melihat dan memperbaiki setiap aspek yang ada pada organisasi.

Sigma sendiri dibagi menjadi beberapa level, mulai dari Level 1 (White Belt) hingga Level 6 (Master Black Belt). Masing-masing level memiliki program pelatihan dan sertifikasi yang berbeda sehingga memungkinkan setiap karyawan atau anggota organisasi untuk memilih level yang sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka. Dengan Sigma, organisasi dapat memperbaiki kinerjanya secara terus-menerus sehingga dapat memberikan hasil yang optimal bagi para pengguna jasa, pelanggan atau masyarakat.

Apa itu Sigma?

Sigma atau sering disebut dengan Greek letter σ adalah salah satu istilah yang sering digunakan dalam Six Sigma. Namun, apa sebenarnya Sigma itu?

Sigma adalah ukuran dari keberhasilan sistem produksi dalam memproduksi produk yang diinginkan dengan meminimalkan cacat produk yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai sigma, artinya semakin sedikit cacat yang dihasilkan dan semakin baik proses produksinya.

Dalam konsep Six Sigma, nilai sigma dihitung dengan menggunakan istilah Defects Per Million Opportunities atau DPMO. DPMO sendiri mengukur jumlah cacat yang terdapat dalam satu juta kesempatan produksi. Semakin sedikit jumlah cacat, maka nilai sigma semakin tinggi.

Asal Usul Sigma

Sigma adalah sebuah simbol matematika yang melambangkan jumlah dari sejumlah bilangan tertentu atau total dari sejumlah objek dalam sebuah kumpulan. Simbol ini berasal dari alfabet Yunani, yaitu “Σ” yang memiliki pengucapan “Sigma”.

  • Alfabet Yunani dan Penggunaannya dalam Matematika

Alfabet Yunani telah digunakan dalam matematika sejak zaman kuno. Sistem bilangan Yunani, yang dikenal sebagai “sistem akropfonomi” digunakan sebelum adanya sistem bilangan modern. Selain itu, para matematikawan Yunani seperti Euclid dan Pythagoras juga menggunakan alfabet ini dalam penulisannya tentang teori matematika.

Dalam matematika modern, huruf-huruf Yunani banyak digunakan untuk merepresentasikan variabel dan konstanta. Contohnya, zeta (ζ) digunakan dalam fungsi Riemann, delta (δ) dalam persamaan diferensial, dan sebagainya.

  • Penggunaan Sigma dalam Matematika

Simbol Sigma ini digunakan untuk membuat notasi penjumlahan secara singkat. Misalnya, untuk menuliskan jumlah bilangan dari 1 hingga 10, dapat dituliskan dengan cara sebagai berikut:

1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 = Σ 10

Penggunaan Sigma ini juga dapat diterapkan dalam penjumlahan suku-suku dalam deret bilangan, rumus untuk menghitung luas segitiga, dan dalam berbagai teori matematika lainnya.

Sigma Notation

Sigma merupakan salah satu notasi dalam matematika yang digunakan untuk menjumlahkan suku-suku dalam suatu deret. Notasi Sigma sangat berguna dalam menuliskan jumlah dari banyak suku dengan cara yang lebih efisien dan mudah dibaca.

  • Notasi Sigma dituliskan dengan menggunakan simbol sigma (Σ) yang diikuti dengan indeks bawah (_) dan indeks atas (^) serta suku-suku yang ingin dijumlahkan. Misalnya, Σi=15 i2 artinya jumlah dari kuadrat dari suku-suku dari 1 sampai 5.
  • Indeks bawah menunjukkan nilai awal dari suku-suku yang ingin dijumlahkan, sedangkan indeks atas menunjukkan nilai akhir dari suku-suku yang ingin dijumlahkan.
  • Notasi Sigma juga dapat digunakan untuk menjumlahkan suku-suku dengan pola tertentu. Misalnya, Σn=04 (-1)n akan menghasilkan hasil 1 – 1 + 1 – 1 + 1 = 1.

Notasi Sigma juga dapat digunakan untuk menuliskan suatu fungsi sebagai jumlah dari banyak suku. Misalnya, Σn=1 1/n2 digunakan untuk menuliskan fungsi zeta Rienmann ζ(2) yang bernilai pi2/6.

Beberapa sifat notasi Sigma antara lain:

Sifat Contoh Hasil
Penjumlahan konstan Σi=1n c nc
Komutatif Σi=1n ai Σi=1n ap(i), dimana p(i) merupakan suatu permutasi bilangan bulat dari 1 sampai n.
Berkaitan dengan perkalian Σi=1n aibi i=1n ai)(Σi=1n bi)

Dengan menggunakan notasi Sigma, perhitungan suatu jumlah dari suku-suku dalam suatu deret dapat lebih mudah dan cepat dilakukan. Oleh karena itu, notasi Sigma sering digunakan dalam berbagai bidang ilmu seperti fisika, matematika, dan teknik.

Sigma dalam Statistik

Sigma merupakan salah satu simbol penting dalam dunia statistik. Simbol ini digunakan untuk merepresentasikan standar deviasi dari suatu populasi atau sampel. Standar deviasi sendiri merupakan pengukuran yang digunakan untuk menggambarkan sebaran data dalam suatu kelompok.

  • Sigma memiliki nilai yang sama dengan akar kuadrat dari variansi.
  • Sigma sering digunakan untuk menghitung selisih antara nilai yang diharapkan dan nilai aktual dalam suatu proses produksi.
  • Nilai sigma juga sering digunakan dalam metode Six Sigma dalam manajemen kualitas, di mana nilai sigma yang tinggi menandakan kualitas produk yang lebih tinggi.

Nilai sigma juga bisa digunakan untuk menentukan batas kontrol dalam suatu proses produksi. Batas kontrol sendiri merupakan batas atas dan bawah di mana suatu hasil produksi dianggap masih berada dalam batas yang dapat diterima secara kualitas.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel di bawah ini:

Nilai Sigma Batas Atas (Upper Control Limit) Batas Bawah (Lower Control Limit)
3 -3
4.5 -4.5
6 -6

Dalam tabel di atas, nilai sigma 1 menandakan bahwa batas kontrol atas dan bawah adalah 3 dan -3. Artinya, suatu hasil produksi dianggap masih dalam batas kontrol jika hasil tersebut berada di rentang antara 3 dan -3.

Berbagai Jenis Sigma

Sigma adalah istilah statistik yang digunakan untuk mengukur variasi atau deviasi standar dari suatu data. Pada umumnya, terdapat tiga jenis Sigma, yaitu Sigma 1 (1σ), Sigma 2 (2σ), dan Sigma 3 (3σ). Tiga jenis Sigma ini sering disebut sebagai Six Sigma, yang merupakan metode dan filosofi manajemen kualitas untuk mengurangi cacat pada produk dan layanan yang disediakan oleh suatu perusahaan. Namun, terdapat juga jenis Sigma lainnya, yaitu:

  • Sigma 4 (4σ): Sigma 4 atau dikenal sebagai Four Sigma merupakan tingkat keakuratan yang lebih tinggi dari Sigma 3. Tingkat Sigma 4 menunjukkan bahwa setiap juta produk atau layanan yang diproduksi/disediakan, hanya 6,210 cacat yang dihasilkan. Jadi, nilai Sigma 4 menunjukkan bahwa produk atau layanan memiliki tingkat keberhasilan sebesar 99,99%.
  • Sigma 5 (5σ): Sigma 5 atau dikenal sebagai Five Sigma adalah tingkat keakuratan yang lebih tinggi dari Sigma 4. Jika dalam Sigma 4 hanya menghasilkan enam kecacatan dalam satu juta produk atau layanan yang disediakan, maka Sigma 5 hanya menghasilkan satu kecacatan dalam satu juta produk atau layanan yang disediakan. Jadi, nilai Sigma 5 menunjukkan bahwa produk atau layanan memiliki tingkat keberhasilan sebesar 99,999%.
  • Sigma 6 (6σ): Sigma 6 atau dikenal sebagai Six Sigma adalah tingkat keakuratan yang paling tinggi dari semua jenis Sigma. Tingkat Sigma 6 menunjukkan bahwa hanya terdapat 3,4 cacat dalam satu juta produk atau layanan yang disediakan. Artinya, nilai Sigma 6 menunjukkan bahwa produk atau layanan memiliki tingkat keberhasilan sebesar 99,99966%.

Referensi Tabel Jenis Sigma

Tabel di bawah ini menunjukkan nilai tingkat Sigma beserta penjelasannya:

Sigma Kecacatan per Juta Produk/Layanan Persentase Tingkat Keberhasilan
68000 31,73%
3085380 69,15%
661500 93,32%
6210 99,38%
1 99,999%
3,4 99,99966%

Nilai tingkat Sigma sangat penting untuk dijadikan tolak ukur keberhasilan kualitas sebuah produk atau layanan. Semakin tinggi nilai Sigma, maka semakin sedikit jumlah kecacatan yang terjadi, dan semakin tinggi pula tingkat keberhasilan produk atau layanan tersebut.

Six Sigma

Six Sigma adalah kerangka kerja manajemen kualitas yang membantu organisasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional mereka. Pendekatan ini fokus pada pengurangan keragaman dan kesalahan dalam suatu proses, sehingga organisasi dapat meningkatkan kualitas produk atau layanan yang mereka berikan kepada pelanggan.

  • Six Sigma berasal dari perusahaan manufaktur Motorola pada tahun 1986.
  • Nilai sigma (σ) dalam Six Sigma mewakili tingkat ketidakpastian atau keragaman dalam suatu proses. Semakin kecil nilai sigma, semakin sedikit keragaman dan kesalahan dalam proses.
  • Target Six Sigma adalah mencapai tingkat kesalahan kurang dari 3,4 per juta kesempatan (DPMO).

Untuk mencapai tujuan ini, Six Sigma menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). DMAIC adalah siklus perbaikan berkelanjutan yang digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan memperbaiki proses yang tidak efektif atau bermasalah. Berikut adalah penjelasan dari setiap tahap:

  • Define: Tentukan masalah yang ingin diselesaikan dan tetapkan lingkup proyek.
  • Measure: Identifikasi variabel dalam proses dan ukur kinerja saat ini.
  • Analyze: Analisis data dan temukan akar penyebab masalah.
  • Improve: Kembangkan solusi untuk mengatasi masalah dan uji coba perubahan.
  • Control: Terus pantau kinerja proses baru dan lakukan tindakan perbaikan jika diperlukan.

Implementasi Six Sigma dapat membantu organisasi untuk mencapai tujuan yang lebih terukur, meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi biaya dan waktu produksi.

Level Sigma DPMO Kualitas
1 317310 30,85%
2 45360 69,15%
3 2700 93,32%
4 62 99,38%
5 1 99,977%
6 0,002 99,99966%

Tingkat sigma enam dianggap sebagai tingkat yang paling tinggi dan mencerminkan tingkat kesalahan yang sangat rendah dalam suatu proses. Implementasi Six Sigma di organisasi membutuhkan komitmen penuh dari manajemen dan karyawan untuk mencapai hasil terbaik.

Lean Six Sigma

Lean Six Sigma adalah metodologi pengembangan bisnis yang menggabungkan konsep dari Lean Manufacturing dan Six Sigma. Konsep ini memberikan pendekatan yang efektif dan efisien dalam menyelesaikan masalah dalam sebuah organisasi. Dalam Lean Six Sigma, terdapat 5 tahap untuk menyelesaikan masalah, yaitu Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control (DMAIC).

  • Define: Tahap ini merupakan penyusunan konsep dasar permasalahan yang akan dicari solusinya. Pada tahap ini, harus ditentukan lingkup masalah dan tujuan dari penggunaan Lean Six Sigma.
  • Measure: Tahap ini digunakan untuk mengumpulkan data terkait permasalahan yang telah ditentukan pada tahap Define. Data tersebut harus dikumpulkan dengan sistematis dan akurat.
  • Analyze: Tahap ini menggunakan data yang sudah diperoleh untuk menganalisis permasalahan dan menemukan akar penyebab dari permasalahan tersebut.
  • Improve: Pada tahap ini, dilakukan penerapan solusi terhadap permasalahan yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya.
  • Control: Tahap terakhir dari DMAIC adalah pengendalian solusi yang telah diimplementasikan. Pengendalian ini berguna untuk memastikan solusi yang sudah diterapkan dapat berjalan dengan optimal.

Lean Six Sigma juga mengenal 7 tipe pemborosan dalam sebuah organisasi, yaitu:

No Tipe Pemborosan Keterangan
1 Overproduction Menghasilkan produk sebelum pelanggan memintanya
2 Waiting Time Waktu yang hilang saat menunggu antara proses
3 Transportation Menggerakkan barang atau informasi lebih dari yang diperlukan
4 Processing Itself Proses produksi yang tidak diperlukan
5 Excess Inventory Mengumpulkan persediaan yang tidak diperlukan
6 Motion Waste Kegiatan yang tidak diperlukan atau terlalu kompleks
7 Defects Produk yang cacat atau tidak sempurna

Setelah 7 tipe pemborosan ini dikenali, langkah selanjutnya adalah mengeliminasi atau meminimalkan setiap jenis pemborosan tersebut. Dengan menerapkan Lean Six Sigma, organisasi dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi, sehingga mampu meningkatkan kepuasan pelanggan dan keuntungan bisnis.

DMAIC Methodology

DMAIC merupakan singkatan dari Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control. Metodologi DMAIC digunakan untuk memecahkan masalah dan meningkatkan kinerja suatu proses. Berikut adalah penjelasan mengenai langkah-langkah DMAIC:

  • Define: Tujuan dari langkah Define adalah untuk mengidentifikasi masalah yang ada dan mendefinisikan scope dari proyek DMAIC. Langkah ini memastikan bahwa para pemangku kepentingan memiliki pemahaman yang jelas mengenai apa yang akan dicapai dari proyek DMAIC. Pada langkah ini, perumusan masalah, lingkup pekerjaan, sasaran dan metrik penilaian, serta deskripsi proses yang sedang dianalisis akan ditentukan.
  • Measure: Pada langkah Measure, data yang terkait dengan proses yang sedang dianalisis akan dikumpulkan dan diukur. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa masalah yang telah diidentifikasi pada langkah Define benar-benar terjadi, dan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kinerja proses. Beberapa tools yang sering digunakan pada langkah ini antara lain Check Sheet, Control Chart, dan Histogram.
  • Analyze: Langkah Analyze bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab akar dari masalah yang telah diidentifikasi pada langkah Define. Berbagai teknik analisis statistik seperti Pareto Chart, Fishbone Diagram, dan Gap Analysis dapat digunakan pada langkah ini. Setelah penyebab akar dari masalah telah diidentifikasi, maka solusi yang tepat dapat dirancang.

DMAIC Methodology

Langkah berikutnya dari DMAIC adalah Improve. Setelah solusi telah dirancang pada langkah Analyze, maka langkah Improve akan dilakukan untuk menguji solusi tersebut dan melaksanakan perbaikan. Pada langkah ini dapat dilakukan beberapa eksperimen untuk mengoptimalkan solusi dan memastikan bahwa perbaikan yang dibuat dapat bertahan lama.

Setelah perbaikan telah berhasil dilakukan, maka langkah terakhir dari DMAIC akan dilakukan, yaitu Control. Langkah Control bertujuan untuk memastikan bahwa perubahan yang telah dilakukan pada proses dapat dipertahankan pada jangka panjang.

DMAIC Methodology

Ketika menerapkan metode DMAIC pada suatu proses, sangat penting untuk memastikan bahwa setiap langkah dilakukan dengan benar dan tepat waktu. Berikut adalah tabel yang menggambarkan rinci dari langkah-langkah DMAIC:

Langkah Deskripsi Tujuan Tools dan Teknik
Define Mendefinisikan masalah yang ada dan scope dari proyek DMAIC Memberikan pemahaman yang jelas tentang apa yang ingin dicapai dari proyek SIPOC, ctQ Tree, Project Charter, Voice of the Customer
Measure Mengumpulkan dan mengukur data yang terkait dengan proses yang sedang dianalisis Memastikan bahwa masalah yang telah diidentifikasi pada langkah Define benar-benar terjadi, dan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kinerja proses Check Sheet, Control Chart, Histogram
Analyze Menemukan penyebab dari masalah yang telah diidentifikasi pada langkah Define Memastikan bahwa solusi yang diimplementasikan akan efektif dalam menyelesaikan masalah Pareto Chart, Fishbone Diagram, Gap Analysis
Improve Melaksanakan perbaikan pada proses Mencapai hasil yang lebih baik dan meningkatkan kinerja proses Design of Experiment, FMEA, Lean Six Sigma, Kaizen
Control Memastikan bahwa perubahan yang telah dilakukan pada proses dapat dipertahankan pada jangka panjang Memastikan keberhasilan perbaikan pada jangka panjang Poka-Yoke, Control Plan, Statistical Process Control (SPC)

Dengan mengikuti metode DMAIC, organisasi dapat mengatasi masalah yang ada, meningkatkan kinerja proses, dan meningkatkan kepuasan pelanggan. DMAIC juga dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuan bisnis mereka dan meningkatkan keuntungan.

Sigma Metrics

Sigma Metrics mengukur performa suatu proses dan kemampuannya dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan standar kualitas. Konsep ini muncul pada tahun 1986 dari Motorola yang menggunakan pembagian level Sigma dalam mengukur keberhasilan produksi.

Biasanya, Sigma Metrics dihitung dengan rumus DPMO (Defects Per Million Opportunities) yang menghitung jumlah cacat dalam satu juta peluang. Semakin tinggi level Sigma, semakin rendah jumlah cacat yang dihasilkan oleh produk.

  • Level Sigma 1: 690.000 cacat per juta peluang
  • Level Sigma 2: 308.537 cacat per juta peluang
  • Level Sigma 3: 66.807 cacat per juta peluang
  • Level Sigma 4: 6.210 cacat per juta peluang
  • Level Sigma 5: 233 cacat per juta peluang
  • Level Sigma 6: 3,4 cacat per juta peluang
  • Level Sigma 7: 0,6 cacat per juta peluang
  • Level Sigma 8: 0,002 cacat per juta peluang
  • Level Sigma 9: 0,00034 cacat per juta peluang

Banyak perusahaan yang berupaya untuk mencapai level Sigma yang lebih tinggi guna meningkatkan kualitas produk dan proses produksinya. Namun, perlu diingat bahwa mencapai level Sigma yang tinggi membutuhkan waktu dan sumber daya yang cukup besar.

Berikut adalah contoh tabel Sigma Metrics:

Level Sigma % Produk yang Berhasil DPMO
1 0,00034 690.000
2 0,02 308.537
3 0,57 66.807
4 6,21 6.210
5 30,91 233
6 69,13 3,4
7 99,39 0,6
8 99,977 0,002
9 99,9998 0,00034

Dalam prakteknya, Sigma Metrics dapat digunakan dalam industri apa pun yang memproduksi barang atau jasa dengan standar kualitas yang ketat. Dengan meningkatkan level Sigma, perusahaan dapat meningkatkan hasil produksi dengan mengurangi jumlah cacat, meningkatkan efisiensi, dan menurunkan biaya produksi secara keseluruhan.

Sigma dalam Manajemen Kualitas

Sigma merupakan sebuah metode pengukuran kualitas dalam manajemen. Sigma sangat penting untuk dipahami karena ketika Sigma semakin tinggi, maka kualitas produk atau layanan yang diberikan semakin baik juga.

  • Sigma adalah suatu metode yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak produk atau layanan yang sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan.
  • Nilai Sigma yang tinggi menunjukkan bahwa produk atau layanan tersebut memiliki sedikit sekali kecacatan atau cacat yang terdapat pada produk tersebut.
  • Momen penting untuk mengukur Sigma ialah pada tahapan perencanaan produk atau layanan.

Metode pengukuran Sigma dalam manajemen kualitas juga berguna untuk dapat mengukur kinerja dan efektivitas dari suatu organisasi dalam hal meminimalkan jumlah kecacatan yang terdapat pada produk atau layanan yang dihasilkan.

Sigma dalam Manajemen Kualitas juga dapat diukur dengan menggunakan tabel Sigma, berikut adalah tabel Sigma sesuai dengan tingkat kecacatan:

Kategori Kecacatan Jumlah Kecacatan/Million Opportunities (DPMO) Nomor Sigma
5.000 95,000 2.0
4.000 63,000 2.5
3.000 27,000 3.0
2.000 7,000 3.5
1.000 2,700 4.0
500 1,350 4.5
200 690 5.0
100 308 5.5
50 134 6.0
10 30 6.5

Dengan menggunakan tabel Sigma, perusahaan dapat menilai seberapa jauh tingkat kecacatan pada produk atau layanan yang dihasilkan dan memperbaikinya agar dapat meningkatkan kualitas serta kepercayaan pelanggan terhadap produk atau layanan yang ditawarkan.

Apa Itu Sigma?

Sigma adalah sistem manajemen kualitas yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas suatu organisasi. Berikut adalah 7 pertanyaan yang sering diajukan tentang sigma:

1. Apa bedanya antara Six Sigma dengan lean Six Sigma?

Lean Six Sigma menggabungkan metodologi Six Sigma dengan filosofi lean manufacturing. Filosofi lean manufacturing lebih mengutamakan reduce waste, sedangkan Six Sigma lebih mengutamakan efektivitas proses.

2. Siapa yang menciptakan metodologi Six Sigma?

Metodologi ini diperkenalkan pertama kali oleh Motorola pada tahun 1986 dan dikembangkan lebih lanjut oleh General Electric pada tahun 1990-an.

3. Apa prinsip dasar Six Sigma?

Prinsip dasar Six Sigma adalah menghilangkan variabilitas dalam proses bisnis. Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan menghilangkan sumber-sumber kesalahan dan cacat pada produk atau layanan.

4. Apa manfaat dari penerapan Six Sigma?

Manfaat dari penerapan Six Sigma antara lain meningkatkan efisiensi operasional, menurunkan biaya produksi, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan meningkatkan reputasi perusahaan.

5. Apakah ada pelatihan untuk pengimplementasian Six Sigma?

Ya, banyak perusahaan dan lembaga yang menawarkan pelatihan dan sertifikasi Six Sigma. Pelatihan tersebut tersedia dalam berbagai tingkatan, mulai dari sebagai Green Belt hingga sebagai Master Black Belt.

6. Siapa yang dapat mengimplementasikan Six Sigma?

Six Sigma dapat diterapkan di semua jenis organisasi, baik itu perusahaan manufaktur, jasa, atau pemerintah.

7. Apakah Six Sigma hanya berlaku untuk proses produksi atau manufaktur?

Tidak, Six Sigma dapat diterapkan pada proses bisnis apa saja, termasuk pelayanan, pengembangan produk, dan pemasaran.

Sampai Jumpa Lagi!

Semoga informasi di atas dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai Six Sigma. Terima kasih telah membaca artikel ini dan jangan lupa untuk kembali lagi untuk membaca artikel menarik lainnya!