Candi Borobudur merupakan sebuah candi Buddha yang terbesar yang ada di dunia. Didirikan di abad 9, sekarang ini Candi Borobudur seolah jadi magnet yang bisa menarik jutaan turis setiap tahunnya. Ada begitu banyak fakta menarik mengenai Candi Borobudur yang mungkin belum banyak diketahui.
Jadi tujuan wisata jutaan orang tiap tahun, candi yang disebut oleh UNESCO merupakan monumen serta kompleks stupa terbesar dan termegah di dunia ini sungguh memang sangat memukau. Ada banyak momen terbaik yang bisa mengambarkan Candi Borobudur secara memukau. Seperti saat matahari baru terbit hingga pemandangan ketika ada perayaan waisak oleh umat Budha.
Udara yang begitu bersih dan segar, ditambah lagi kerlap kerlip bintang yang masih bertaburan di atas langit fajar membuat suasana di sekitar Candi Borobudur sangat terasa begitu damai. Ini lah salah satu hal yang membuat Candi Borobudur begitu memikat dan mempesona para wisatawan, baik turis lokal maupun mancanegara.
Gambar Candi Borobudur

























Berdasarkan sebuah prasasti yang ditemukan di wilayah Karangtengah, Candi Borobudur diperkirakan didirikan pada masa Raja dari Wangsa Syailendra yakni Raja Samaratungga berkuasa. Dan pembangunan candi tersebut baru dapat diselesaikan pada saat sang putri, Ratu Pramudawardhani berkuasa sekitar abad ke-9.
Hal tersebut tak banyak yang tahu, termasuk siapa yang menjadi arsitek dari bangunan candi yang tersusun dari jutaan balok batuan andesit. Setiap batuan akan saling mengunci seperti puzzle raksasa.
Ada cerita legenda di tanah Jawa yang mengisahkan tentang Gunadarma yang saking kagumnya menikmati kemegahan Candi Borobudur sambil berbaring hingga tertidur kemudian tubuhnya pun berubah jadi perbukitan Menoreh. Bahkan Gunadarma pun dianggap sebagai otak dari pembangunan Candi Borobudur meski tak ada satu pun prasasti yang menuliskan tentang hal tersebut.
Candi Borobudur memuat 2672 panel relief yang jika disusun berjajar maka panjangnya bisa mencapai 6 km. Relief Candi Borobudur terbagi menjadi 4 kisah utama, yaitu: Karmawibangga, Lalitawistara, Jataka/Awadana, serta Gandawyuha. Selain mengisahkan tentang perjalanan hidup Sang Buddha dan ajarannya, relief Candi Borobudur juga merekam kemajuan masyarakat Jawa pada masa itu.
Untuk mengikuti cerita yang terpahat di Candi Borobudur, pengunjung harus berjalan searah jarum jam dari pintu timur. Setelah tiba di titik awal barulah naik ke tingkat berikutnya. Demikian berulang hingga mencapai puncak Candi Borobudur. Ritual ini disebut pradaksina.